Tetapi ada yang menarik bahwa jika kebiasaan membandingkan itu dilakukan terhadap teman atau sahabat, itu lebih menyakitkan ketimbang membandingkan dengan sejawatnya (teman sepekerjaannya). Juga orang-orang dari negara-negara yang "lebih miskin" cenderung lebih banyak melakukan perbandingan-perbandingan itu dibanding mereka yang berada di negara yang lebih kaya. Selain itu orang yang "lebih miskin" dalam suatu negara cenderung lebih suka membanding-bandingkan pendapatan (gajinya) dibanding mereka yang lebih kaya.
Profesor Cary Cooper dari lancaster University Management School mengungkapan penemuan lain. Perbandingan paling membahayakan adalah ketika seseorang membandingkan gaji (pendapatannya) dengan rekan satu almamater (satu angkatan dari satu sekolah atau universitas) karena menganggap mereka dulunya punya kesempatan yang sama. Sedangkan jika perbandingan itu dilakukan dengan teman sejawat (sepekerjaan) itu normal dan bahkan bisa memicu keinginan untuk meningkatkan pendapatan di masa depan.
"Namun lebih baik jangan membanding-bandingkan pendapatan kita dengan yang lainnya, syukuri saja apa yang didapat dan syukuri kondisi di mana kita berada," ujarnya. Itu akan membuat kita lebih bahagia! Setuju, teman-teman.
Tim AndrieWongso.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar